RSS

Category Archives: Mom & Kid

Kurangi Makanan Pedas dan Asam Saat Hamil

Walau gemar makan makanan pedas dan asam, saat berbadan dua sebaiknya Anda membatasi dan menguranginya. Mengapa? Makanan pedas dan asam memang lezat dan dapat diterima oleh perut yang sedang mual, tetapi terlalu banyak mengonsumsinya bisa mengundang diare akibat iritasi lambung. Penyakit yang membuat penderitanya jadi sering bolak-balik ke belakang ini sebenarnya tidak begitu berbahaya. Namun, dampak lanjutan berupa dehidrasilah yang kerap dikhawatirkan.

Bukan berarti ibu hamil tak boleh sama sekali menyentuh makanan pedas dan asam, tentu saja boleh. Yang diperlukan adalah mengatur hasrat yang bergejolak untuk mengonsumsinya secara berlebihan.

Pembatasan ini berlaku juga untuk minuman yang rasanya asam. Terlalu banyak mengonsumsi  minuman asam akan membuat lambung tidak nyaman. Bahkan bukan tidak mungkin akan menyebabkan perlukaan di usus bila rasa asam itu berasal dari cuka atau bahan-bahan nonbiologis lainnya. Kondisi ini bisa lebih parah pada ibu hamil yang sebelumnya sudah mengidap gangguan lambung (gastritis).

 
Leave a comment

Posted by on April 16, 2011 in Female, Health, Mom & Kid

 

Pola asuh Barat vs Timur

Anda pernah membaca buku Battle Hymn of the Tiger Mother? Karya Amy Chua ini merupakan best seller tengah yang menjadi perbincangan warga dunia. Dalam memoarnya, ibu dari Sophia (18 tahun) dan Louisa (14 tahun) itu menceritakan kesuksesan serta kesalahan yang dibuatnya dalam mengasuh anak dengan gaya tradisional Cina.

Orang tua Cina memang terkenal otoriter. Kedisiplinan dan kerja keras demi menggapai sukses mereka pertahankan di manapun berada. “Ini menjadi nilai yang diakui bersama oleh warga Cina,” jelas sosiolog Erna Karim.

Di satu sisi, Amy mendapat acungan jempol atas hasil pengasuhannya. Di usia 14 tahun, jemari si sulung, Sophia, lincah menari-nari di atas tuts piano di Carnegie Hall. Sedangkan, adiknya, Louisa memainkan biola tanpa sedikitpun nada sumbang. Seolah memenuhi tuntutan sang bunda, keduanya juga tampil sebagai jagoan akademik.

Kenyataan itu membuat banyak orang—terutama di Amerika—terusik. Standar kesuksesan anak Amy seolah menjadikan mereka sebagai orang tua yang gagal. Di samping itu, mereka menganggap profesor hukum dari Yale University kejam terhadap anak. Sebab, ibu yang menikah dengan pria Yahudi itu mengekang kedua putrinya dari kehidupan sosial. Mereka tak memiliki pengalaman menginap di rumah teman, pergi pesta, atau ikut pementasan drama.

Amy menuntut Sophia dan Louisa meraih nilai sempurna di semua mata pelajaran, kecuali olah raga dan drama. Masing-masing juga harus rutin berlatih alat musik yang dipilihkan sang bunda. Sebegitu kerasnya terhadap anak, Amy bahkan tidak mengizinkan Louisa istirahat sejenak untuk sekadar ke kamar kecil sampai gesekan biolanya merdu memainkan lagu Little White Donkey.

Erna mengatakan orang Cina memiliki alasan kuat ketika memberlakukan gaya pengasuhan otoriter pada anaknya. Kedisiplinan dan kegigihan adalah sikap yang mereka perlukan untuk dapat bertahan hidup. “Anak-anak Cina juga terbiasa tidak tergantung pada orang lain dan selalu berusaha meningkatkan kompetensi diri.”

Anak-anak Cina juga sejak kecil telah diperkenalkan pada falsafah hidup. Mereka akan berusaha untuk tidak mempermalukan keluarga. “Dengan didikan seperti itu, generasi muda Cina memang banyak yang sukses namun emosinya datar,” komentar psikolog A Kasandra Putranto.

Sementara itu, gaya pengasuhan ala Amerika juga ada plus-minusnya. Orang Amerika lebih permisif dan sangat memperhatikan faktor psikologis anak. “Pola asuh seperti itu memang membuat anak dapat menjalani hidup sesuai pilihannya namun mengkondisikan mereka menjadi anak yang besar kepala dan seenaknya,” cetus Kasandra yang menjabat sebagai wakil ketua Himpunan Psikologi Indonesia wilayah DKI Jakarta.

Bagaimana dengan Indonesia? Kasandra menyimpulkan orang tua Indonesia berada di antara dua kutub gaya pengasuhan Cina dan Amerika. “Lantaran tiap pola asuh memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri, kita tidak bisa mengatakan mana yang terbaik.”

Sementara itu, Erna memperhatikan masyarakat Indonesia sangat plural. Ragam etnik dan agama mempengaruhi nilai-nilai yang dipergunakan orang tua dalam mendidik anaknya. “Lantas, pola pengasuhan di desa juga berbeda dengan di perkotaan.”

Masyarakat desa, lanjut Erna, lebih permisif. Orang tua cenderung membiarkan anaknya berkembang tanpa pendampingan yang sesuai dengan tuntutan zaman. “Perhatian mereka terkuras untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi.”

Lalu, di perkotaan, orang tua tampak lebih akomodatif. Kebanyakan dari mereka mencoba menyediakan sarana yang memenuhi nilai-nilai moderenisasi. “Fokus mereka pada prestasi akademik dan persaingan masa depan,” papar Erna.

Itu sebabnya, orang tua perkotaan sibuk memasukkan anaknya ke berbagai kursus. Terutama, komputer dan bahasa Inggris. “Lalu, kebutuhan otak kanan yang mencakup bidang kesenian juga diakomodasi,” jelas Erna.

Bahan renungan

Untuk mengantarkan anaknya pada keberhasilan, Amy menentukan kegiatan anaknya. Ia berpendapat hingga berusia pra remaja, anak belum dapat secara objektif menilai. Otomatis, mereka harus mengikuti pilihan orang tua.

Terlepas dari kesuksesannya dalam membesarkan anak, Amy mengaku membuat sejumlah kesalahan sepanjang perjalanan. Ia gampang naik darah, kasar dalam perkataan, dan kurang memberikan keleluasaan memilih pada putrinya. Ia juga tak segan memberi hukuman.

Amy memang mengkritik pola asuh Barat yang cenderung lunak pada anak. Ketika anak kehilangan semangat belajar biola, orang tua Barat dengan cepat menawarkan alternatif alat musik lain yang lebih mudah dikuasai. Sebaliknya, Amy justru memberi dukungan agar putrinya makin giat berlatih supaya mahir.

Tidak semua anak Cina sukses diasuh dengan gaya otoriter. Beberapa anak klien keturunan Cina di biro Psychological Practice pimpinan Kasandra tertekan dengan pola asuh seperti itu. “Mereka memilih kabur dari rumah karena tidak tahan dengan kerasnya didikan orangtua.”

Akankah pencapaian Amy dijadikan barometer oleh sejumlah orang tua? Sosiolog Erna Karim mengatakan pengekor Amy adalah mereka yang tidak mampu mengonstruksi sendiri cara mendisiplinkan anak. “Orang yang terus mengikuti perkembangan zaman namun tak tahu cara pengasuhan lebih terpengaruh dengan buku-buku seperti Tiger Mom ini,” ungkap Erna.

Tantangan Masa Kini

Anak-anak Indonesia masa kini tumbuh dalam fasilitas yang nyaris serba ada. Dengan dukungan ekonomi keluarga yang lebih mapan, mereka mudah mengeksplorasi segala hal. “Dibandingkan dengan lima tahun lalu pun kondisinya sudah berbeda sekali,” ungkap guru Bimbingan Konseling SMP Labschool Kebayoran, Sinthya Bintarti.

Sementara itu, diperkenalkan oleh tayangan TV dan orang dewasa di lingkungan sekitarnya, anak-anak juga mengenal percintaan di usia yang sangat dini. Anak TK bahkan sudah dapat menyatakan kesukaannya pada lawan jenis. “Tentunya dengan presepsi sesuai usianya,” ujar Sinthya.

Dukungan fasilitas serta kondisi lingkungan seperti itu mendatangkan masalah tersendiri bagi anak. Kedekatan mereka dengan gadget dan akses internet membuat mereka teramat tergantung dengan teknologi. “Belum saatnya mereka terlalu mengandalkan gadget,” cetus Sinthya.

Pada usia sekolah, lanjut Sinthya, semestinya anak mencari informasi dari buku bacaan. Mereka harusnya membaca langsung dari sumber primer. Sedangkan, Wikipedia sebetulnya berisi keterangan dari sumber sekunder. ”Kebiasaan mengakses Wiki menurunkan minat baca mereka terhadap buku teks.”

Lantas, anak-anak sekarang juga berani memasuki dunia pergaulan di dunia maya. Padahal, mereka belum sepenuhnya bisa memilah. “Ada bahaya yang mungkin timbul dari pertemanan dengan orang asing di social media,” kata Sinthya.

Selain itu, anak juga terlampau sering terpapar dengan tontonan tidak sehat, seperti sinetron. Tayangan tersebut membuat mereka mudah berkata kasar. “Mereka menganggap berkata kasar merupakan bagian yang biasa dalam pergaulan,” ucap Sinthya.

Di lain sisi, ada komunikasi yang terputus antara orang tua dan anak. Sering kali, ekspektasi anak terhadap orang tuanya gagal tersampaikan secara utuh. “Anak belum selesai mengutarakan harapannya, ayah ibunya sudah keburu memotong,” kata Sinthya.

Ketika nilai ulangan jelek, misalnya, orang tua tidak mendengar sampai tuntas penyebab versi anak. Padahal, anak membutuhkan dukungan ayah bundanya. “Cobalah untuk menurunkan diri sedikit agar bisa merasakan masalah yang dialami anak,” saran Sinthya.

 
Leave a comment

Posted by on April 15, 2011 in Mom & Kid

 

Stress Pada Ibu Hamil Akibatkan Obesitas Anak

obesitas Stress selama kehamilan dan menyusui bisa memicu perubahan genetik pada bayi yang dapat berakibat meningkatnya risiko obesitas pada bayi itu di kemudian hari.

Menggunakan tikus, peneliti dari Department of Integrative Biology and Physiology, Medical School, University of Minnesota menemukan bahwa tikus hamil yang diberi beban stress memiliki anak-anak yang tumbuh lebih cepat dibanding tikus yang tidak diberi tekanan.

bulan kemudian, anak-anak tikus yang tumbuh lebih cepat itu memiliki lemak di sekitar perut dan kadar gula darah yang lebih tinggi. Sebuah indikasi gejala diabetes. Kondisi ini ternyata disebabkan oleh dampak genetik dari hormon stress.

“Pertumbuhan ini terjadi karena ada perubahan dalam neurotransmitter di otak yakni neuropeptide Y yang meningkatkan selera dan menghadirkan pembentukan dan pertumbuhan sel lemak,” kata Ruijun Han, ketua tim peneliti, seperti dikutip dari MedIndia, 14 April 2011.

Han menyebutkan, semakin banyak sel lemak yang didapat sebelum masuk ke usia dewasa, semakin tinggi pula risiko terjadinya obesitas. “Untuk itu, intervensi pertumbuhan sel ini selama kehamilan dan saat masih berusia anak-anak merupakan cara efisien untuk mencegah obesitas di kala dewasa,” ucapnya.

Menariknya, peneliti juga menemukan bahwa perubahan ini hanya terjadi pada anak-anak tikus betina. Dari uji coba, peneliti menarik kesimpulan bahwa anak-anak tikus betina lebih membutuhkan jaringan lemak untuk memproduksi keturunan.

Saat ini, keterlibatan manusia sebagai objek penelitian akan dilakukan untuk mempelajari lebih lanjut apakah stress menghasilkan efek yang sama pada manusia.

 
Leave a comment

Posted by on April 15, 2011 in Mom & Kid

 

Janin Bisa Merasakan Cinta

Carista Luminare-Rosen, PhD, mengungkapkan sebuah penelitian yang membuktikan bayi dalam kandungan sudah punya kemampuan emosional dan intuisi untuk merasakan cinta kedua orang tuanya. “Janin sudah bisa melihat, mendengar, merasa, mengingat dan berpikir sebelum dia lahir,” tulisnya dalam buku “Parenting Begins Before Conception: A Guide to Preparing Body, Mind, and Spirit for You and Your Future Child”.

Bagaimana janin bisa merasakan emosi ibu? Apakah emosi itu menembus ke dalam plasenta? Cinta dirasakan janin lewat hormon-hormon yang dikeluarkan oleh tubuh Anda. Ibu yang stres akan membentuk banyak hormon stres yang disebut catecholamines yang turut dirasakan janin. Maka penting bagi calon ibu untuk berhenti mencemaskan berbagai hal: khawatir kondisi janin, persiapan melahirkan atau memikirkan cara mendidik anak. Nikmati saja kehamilan Anda saat ini sehingga Anda bisa membentuk ikatan dengan sang janin. Berusaha  santai dan rasional agar bayi merasa diinginkan dan dicintai. Bukankah ia buah cinta Anda dengan pasangan? Lakukan aktivitas yang bisa mengirimkan pesan cinta ibu dengan:

  • Ngobrol. Sejak usia 16 minggu janin mulai mendengar bunyi detak jantung Anda hingga suara perut Anda yang keroncongan. Di usia 25 minggu janin mulai mendengar suara dari luar kandungan. Ia bisa membedakan suara ayahnya dari suara pria lain saat sang ayah gobrol dengan beberapa orang. Ini saat tepat bagi Anda untuk sering-sering bicara pada janin. Katakan bahwa Anda mencintainya, terutama di kala berduaan dengan janin, misalnya saat mandi, santai sendirian di kamar atau sebelum tidur. Jadikan acara mengobrol ini sebagai bagian dari rutinitas Anda. Para calon ayah pun tak perlu merasa aneh berbicara di depan perut buncit istrinya.
  • Menyentuh. Meski bayi diselubungi air ketuban, bukan berarti Anda tak bisa menyentuhnya. Coba  tekan perut Anda dengan lembut, ia akan balik menekan perut Anda! Sama seperti suara, janin bisa membedakan sentuhan orang tuanya dengan sentuhan orang lain. Elus-elus perut Anda di bagian yang menonjol, buah hati Anda akan merasakannya. Bermain sentuhan bisa semakin menyenangkan dengan menggunakan minyak pijat aroma lavender atau mawar yang aman untuk membuat lingkaran memijat. Lanjutkan dengan menekan perut menarik garis lurus dari atas ke bawah sambil bicara dengan janin tentang  apa yang sedang Anda lakukan.
  • Menyanyi. Musik sebagai bahasa pralingustik, merupakan dasar kemampuan berbahasa bayi. Janin menyukai irama yang kuat dan teratur, maka senandungkan lagu-lagu ungkapan cinta untuknya. Jangan pernah risau atas kualitas suara Anda yang jauh dari merdu. Jika perlu, setel musik dan ikut bersenandung. Pilih lagu atau musik berirama seperti detak jantung. Hindari musik yang terlalu keras atau menghentak-hentak karena air ketuban memperkeras volume suara yang didengar janin. Mau tahu reaksi janin? Rasakan  gerakannya! Ketika dia lahir, lagu yang dulu sering Anda putar atau nyanyikan dan dia sukai, bisa membantu menenangkan anak.
 
Leave a comment

Posted by on April 14, 2011 in Mom & Kid

 

Khas Bayi Laki-laki

Dalam buku “Boys and girls learn differently” karya Michael Gurlan, M.D. dan hasil riset Gwenn O’Keeffe, M.D. dari North Shore Children’s Hospital, Massachusetts, serta Martin T. Stein, M.D. dari University of California, San Diego, AS, diungkapkan beberapa hal yang hanya dialami bayi laki-laki yaitu:

  • Lebih besar kemungkinan buta warna karena gen pembawa kelainan ini terkait pada kromoson X
  • Lebih mudah terserang infeksi saluran telinga tengah pada rentang umur 3 bulan sampai 3 tahun
  • Lebih mudah mengalami hernia sebab pada proses pembentukan testis sering terbentuk rongga pada dinding perut
  • Lebih lemah sistem pencernaannya, terutama pada umur 6 minggu
  • Lebih mudah kena asma
  • Lebih mudah meninggal akibat SIDS, terutama umur 1 minggu sampai 1 tahun. Penyebabnya belum diketahui
  • Lebih peka terhadap rasa asin.
 
Leave a comment

Posted by on April 14, 2011 in Mom & Kid

 

Kehamilan Kini, Gambaran Kesehatan Kelak

Sejauh mana gangguan kesehatan yang dialami selama hamil perlu diwaspadai, agar kita bisa memiliki kesehatan yang baik di masa yang akan datang?

Belum sepenuhnya disadari. Selama ini diketahui beberapa faktor seperti stress dan malnutrisi pada ibu hamil bisa berimplikasi serius pada kesehatan bayi di kemudian hari. Yang belum umum diketahui adalah gangguan kesehatan yang terjadi selama kehamilan, dalam jangka waktu sekitar 10-13 tahun kemudian akan muncul kembali dalam bentuk penyakit yang lebih serius pada sang bunda.

Banyak ahli yang menyadari bahwa komplikasi yang terjadi selama kehamilan, seperti pre-eklampsia, diabetes gestasional atau diabetes yang muncul saat hamil, berat badan naik drastis dan insomnia, adalah pertanda datangnya penyakit serius dalam beberapa tahun mendatang. Namun, sayannya belum semua tenaga medis menyadari hal ini sehingga tidak dilakukan penanganan lanjutan.

Pentingnya pemantauan. Gangguan kesehatan saat hamil bisa jadi karena gaya hidup yang kurang sehat. Seperti, akibat gaya hidup sedentary living atau malas-malasan dan pola makan yang tidak baik selama hamil, dapat terjadi resistensi insulin. Yakni suatu keadaan ketika tubuh tidak dapat merespon insulin, sekitar 64-78% dari mereka yang pernah menderita diabetes gestasional akan menderita resistensi insulin permanen atau menderita diabetes mellitus tipe 2 di kemudian hari. Bunda yang menderita diabetes gestasianol disarankan untuk terus menindaklanjuti pemeriksaan dan kontrol.  Selain itu, bunda yang mengalami kenaikan berat badan lebih dari 20 kg selama hamil, atau bayinya lahir dengan berat badan lebih dari 3,8 kg, kelak berisiko menderita diabetes.

Menyerang banyak organ. Selain pertanda diabetes kenaikan berat badan yang berlebihan juga pertanda terjadinya keracunan kehamilan (pre-eklampsia). Wanita yang mempunyai sejarah komplikasi, seperti pre-eklampsia dan melahirkan bayi prematur, memiliki pembuluh darah yang lebih kaku dan darah yang lebih lengket. Kondisi ini bisa menjadi masalah yang berhubungan dengan pembuluh darah dan jantung. Dan beberapa penelitian juga menemukan adanya hubungan antara pre-eklampsia dengan timbulnya penyakit serius, seperti kanker payudara, pencernaan, ovarium dan paru-paru. Sehingga gangguan kesehatan yang muncul selama kehamilan sebaiknya tidak diabaikan begitu saja.

Early Warning System. Pasca persalinan, ibu yang dinyatakan menderita gangguan kesehatan harus terus dipantau, dan ibu juga jangan lupa terus mengontrol penyakitnya. Selain penanganan dalam bidang medis, bunda juga harus menjalani gaya hidup sehat. Seperti, hindari sedentary living dengan menjalani pola makan yang baik, yaitu makan dengan gizi seimbang dan lakukan olahraga. Bahkan, olahraga harus dilakukan sejak sebelum kehamilan. Gangguan kesehatan yang terjadi saat kehamilan dapat dijadikan poin untuk mengetahui gejala awal penyakit yang dapat diderita ibu hamil beberapa tahun kelak. Pengobatan atau pencegahan pun dapat dilakukan sejak awal, sehingga ibu yang bersangkutan terhindar dari penyakit yang lebih serius. Kehamilan justru bisa menjadi early warning system kesehatan bunda kelak. Bila dicermati sejak awal, maka Anda dapat terhidar dari gangguan kesehatan di kemudian hari.

 
Leave a comment

Posted by on April 14, 2011 in Mom & Kid